Kebijakan pembangunan
pertanian tidak terlepas dari kehidupan politik bangsa. Pada masa Orde Baru
kebijakan pembangunan pertanian lebih mengarah untuk mencukupi kebutuhan
pangan, maka untuk memenuhi kebutuhan pangan dibangunlah sistem produksi pangan
(beras) secara terpadu dimulai dari pengadaan sarana produksi, pengembangan
teknologi, pembangunan infrastruktur, membuat kebijakan stabilitas harga.
Target utama adalah pemenuhan kebutuhan pangan secara swa-sembada.
Strategi yang dibangun tersebut diatas satu sama lain saling terkait, saling tergantung, dan dapat sekali mewujudkan swasembada pangan. Tetapi selanjutnya yang terjadi tidak seperti harapan, petani semakin lama merasakan dilahannya jenis hama dan penyakit semakin tinggi, kebutuhan pupuk kimia semakin meningkat, ketergantungan terhadap benih tinggi, ketergantungan terhadap air tinggi, ketergantungan pada pestisida tinggi. Untuk memperoleh benih, pupuk, pestisida petani harus beli, ini berarti memperbesar biaya produksi. Biaya produksi tinggi tidak dirasakan oleh petani karena ada subsidi oleh pemerintah. Tetapi setelah pemerintah mencoba mencabut subsidi semua petani berteriak, dan mulai sadar bahwa petani dihadapkan pada posisi yang sudah tidak berdaya, sangat lemah, baik secara sosial, ekonomis maupun politik.
Politik pangan pada kenyataannya meminggirkan petani karena :
Keseimbangan alam adalah sebuah keharusan karena alam dilahirkan dalam keadaan
seimbang, didalam keseimbangan tersebut keragaman hayati yang ada saling
berinteraksi dan saling membutuhkan satu sama lain.
Keseimbangan alam mencerminkan sebuah kehidupan yang penuh keragaman bentuk kehidupan.Ancaman utama keseimbangan alam adalah kerusakan ekosistem karena proyek-proyek pembangunan pertanian yang masih menitik beratkan pada peningkatan produksi untuk mencukupi kebutuhan pangan dari pada kelestarian alam. Dorongan ekonomi dan teknologi lebih banyak menggantikan keragaman menjadi homogenitas, hal tersebut terlihat sejak diterapkannya sistim Revolusi Hijau, dimana keragaman hayati digantikan dengan keseragaman hayati dan monokultur, pupuk organik digantikan dengan pupuk kimia, varietas lokal diganti dengan varietas unggul.Pendekatan monokultur dalam program modernisasi pertanian dengan memperkenalkan varietas-varietas baru yang seragam ke petani-petani seperti PB-5, IR… dll, berakibat pada penghancuran keragaman varietas lokal. Penyebaran varietas berumur pendek/varietas unggul dilakukan dengan alasan untuk meningkatkan produktivitas juga bersifat kontektual dan bias nilai. Gerakan monokultur didasarkan pada keinginan meningkatkan hasil produksi dan kecukupan pangan dengan mengorbankan tanaman yang tidak dinginkan perlu pemikiran ulang. Harus dicatat bahwa produk yang diinginkan oleh pemerintah dan industri berbeda yang dinginkan oleh petani.Penggunaan varietas unggul menyebabkan penggunaan pupuk kimia di pertanian tinggi, selanjutnya menyebabkan stabilitas ekosistem terganggu, hal tersebut dilihat dari semakin menurunya organisme didalam tanah dan menurunnya kualitas tanah baik secara fisik, kimia, maupun biologi. Pemupukan yang tidak didukung dengan pengairan yang baik dapat menjadikan penimbunan garam dalam tanah, yang akan mengurangi produktivitas tanah dan terkadang mencapai tingkat toksik sehingga tanah tidak lagi layak ditanam.
Pemaksaan terhadap petani untuk menggunakan pupuk kimia
dengan alasan meningkatkan kesuburan dan menaikkan produksi, dan penggunaan
pestisida untuk mengendalikan hama dan menaikkan produksi adalah juga tidak
bebas nilai, ada kepentingan-kepentingan industri dan kroni industri untuk
meneguk keuntungan sebesar-besarnya dari petani, tanpa memperhatikan adanya
gangguan keseimbangan alam.
Jadi pertanian berkelanjutan banyak
memperhitungkan keberlanjutan, regenerasi, alternatif, rendah external input,
konservasi sumberdaya alam, alami, eko-pertanian, agro-ekologi, organik.
Tujuan akhir yang akan dicapai dalam pertanian berkelanjutan adalah1) lebih menekankan pada proses yang alami seperti hubungan hama dan musuh alami dalam proses produksi pertanian.2) mengurangi penggunaan input luar yang potensi merusak lingkungan dan mengancam kesehatan manusia serta meminimalkan biaya.3) memperbesar produksi dengan menggunakan teknologi dan pengetahuan lokal termasuk, termasuk inovasi-inovasi yang belum dipahami secara penuh oleh para ahli tetapi sudah digunakan secara luas oleh petani.4) menambah rasa percaya diri petani dan masyarakat desa5) memperbaiki hubungan antar pola tanam, potensi produksi, cuaca, dan hamparan untuk keberlanjutan jangka panjang.6) berproduksi secara efisien dan menguntungkan dengan manajemen Pengelolaan Hama Terpadu, konservasi tanah, sumberdaya energi dan biologi.
Dengan
pertanian berkelanjutan tentu akan dapat menempatkan petani menjadi produsen
ilmu pengetahuan dan teknologi, serta petani menjadi mandiri dan tidak
tergantung pada pihal luar. Lebih jauh petani akan mampu mengelola masalah
mereka sendiri.
sumber : http://kepak.or.id/2014/12/26/pertanian-berkelanjutan-dan-ekologis/
Tidak ada komentar:
Posting Komentar